Gerakan sosial yang bertujuan menciptakan generasi yang cerdas dan berperilaku damai melalui kegiatan literasi kreatif. Generasi literat memiliki 4 (empat) program, yaitu Pendidikan Literasi Damai di LPKA, Literasi Indonesia, Literasi Special, dan Parenting.

Hai, Sobat Literat! Berdasarkan Data The World Most Literate Nations 2021, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara untuk kategori kemampuan literasi dan data UNESCO menyebutkan, Indonesia berada di urutan kedua dari bawah untuk tingkat literasi dunia dengan prosentase 0,001%, artinya dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin  membaca. Padahal praktik kegiatan literasi ini sangat penting untuk membangun pola pikir analitis dan cerdas terhadap isu yang terjadi di lingkungan sekita loh.

Selain menambah wawasan, kegiatan literasi akan mempengaruhi mental dan perilaku seseorang bahkan dalam skala besar mampu melahirkan bangsa berkualitas (Purnamasari, 2015). Tingkat literasi yang tinggi akan menciptakan masyarakat yang bahagia, yang penuh empati dan terbebas dari aksi menyebarkan berita hoax (kompasiana, 2018). Seseorang yang literat akan mampu memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman kritis terhadap isi bacaan.

Dikutip melalui The Guardian, Finlandia adalah negara peringkat pertama literasi tertinggi dan penduduknya paling bahagia bahagia di dunia.
Hal ini dilatarbelakangi oleh kebiasaan penduduknya yang gemar membaca dan menulis. Dengan kebiasaan literasi yang dimilki, secara psikologis mereka cenderung lebih percaya diri dan tenang dalam menghadapi berbagai macam tantangan, karena dengan banyak membaca masyarakat dapat berpikir terbuka dan tidak mudah merasa takut atas ketidakpastian. Berbanding terbalik dengan Indonesia sebagai negara dengan tingkat literasi yang rendah namun memiliki budaya “tutur” (lisan) yang tinggi, mudah dimasuki oleh berita hoax yang menyebar melalui mulut ke mulut yang akhirnya menimbulkan kepanikan masyarakat sehingga saat menghadapi tantangan cenderung dihantui dengan ketakutan dan ketidakpastian akibat malas membaca dan mencari faktanya sendiri.

Berdasarkan hal tersebut Generasi Literat hadir untuk mengajakmu menjadi generasi yang literat, yakni generasi yang cerdas, kritis dan damai. 

Melalui kampanye #BukanSekedarBaca, Generasi Literat mengajak kamu memahami pentingnya literasi yang tak hanya sekedar membaca, tetapi juga untuk menciptakan masyarakat yang bahagia, penuh empati dan terbebas dari hoax dengan menjadi generasi yang literat.

BukanSekedarBaca

Membangun awareness literasi sebagai aktivitas menumbuhkan empati mewujudkan Indonesia yang damai.

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama:

Halo, Sobat Literat! Kamu tau gak sih? Literasi menjadi kemampuan yang yang dapat berpengaruh pada banyak aspek. Tapi sayangnya dalam kategori kemampuan literasi, berdasarkan data The World Most Literate Nations 2021, Indonesia menduduki 2 peringkat terbawah (60 dari 61 negara) dan memiliki persentase tingkat literasi hanya 0,001% (data UNESCO). Negara dengan penduduk paling damai berdasarkan The Guardian, memiliki tingkat literasi yang tingg..

Rendahnya tingkat literasi ini membuat kita sedih banget ya. Padahal selain untuk menambah wawasan, literasi juga menjadi aktivitas yang mengasah kepekaan sosial kita. Kemampuan literasi yang baik akan mampu membawa kita menjadi generasi yang cerdas, kritis dan damai untuk menebarkan nilai-nilai baik demi kedamaian bersama.

Karena hal tersebut kami mengajak kalian untuk ambil peran menjadi generasi yang literat dengan ikut Challenge Literasi Bikin Kece dengan upload kegiatan literasimu dalam rangka menumbuhkan kedamaian di dalam diri dan lingkungan.

Dengan ikut challenge ini kamu sudah berkontribusi dalam meningkatkan literasi serta menjadi generasi yang literat, generasi cerdas, kritis dan damai. Selain itu, kami juga akan posting setiap aksi pilihan di instagram @generasiliterat loh!

Literasi Bikin Kece

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama

Usia 12-18 tahun merupakan usia krusial bagi perkembangan mental anak. Di Indonesia, satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah dengan kesehatan mental dan satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental. I Am Okay mengajak kamu untuk bisa turut andil dalam edukasi pentingnya kesehatan mental bagi remaja! Dengan mengikuti aksi challenge ini, kamu telah menjadi partisipan dalam edukasi pentingnya kesehatan mental dengan dimulai dari diri sendiri. Kamu yang ikut mengikuti challenge dan menyebarkan hasil challengenya sosial media dengan tag @iamokay.id telah membantu serta mendukung misi Indonesia Emas 2045. Dapatkan hadiah spesial dari kami!

Self-Awareness #ForChange : Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental

SelfAwareness ForChange Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental

action photo type

Sedang Diperiksa

An Environment enthu, Let's be savior for our planet!

mengecek kebenaran suatu statement dengan membaca ulasan di web berautoritas terhadap topik tsb