We Go East berdiri pada bulan Maret tahun 2021. We Go East sendiri didirikan karena kami prihatin terhadap isu rasisme untuk masyarakat Indonesia Timur yang sampai saat ini, belum ada tindakan tegas untuk pelakunya. We Go East hadir sebagai wadah publikasi dan apresiai karya untuk teman teman Indonesia Timur. Kami ingin menyuarakan bahwa keberadaan multi etnis bukanlah penghalang bagi kita untuk menjadi bangsa yang satu dan kuat.

Salah satu pemicu dan penyebab terjadinya konflik kebangsaan adalah rasisme. Papua dan Papua Barat menjadi sorotan berbagai topik pemberitaan penting seputar rasisme. 

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mencatat, sejak 2018 ada 33 kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap mahasiswa Papua di berbagai daerah di Indonesia. 9 dari 10 mahasiswa rantau dari Indonesia Timur mengaku pernah mengalami diskriminasi sosial dan tindakan rasisme. 

Rasisme dapat disebabkan karena kurangnya publikasi media yang menampilkan hal positif dari Indonesia Timur, seperti karya, prestasi, dan lainnya. Maka ayo teman - teman muda ikuti Challenge #BanggaDariTimur untuk menunjukkan diri kalian, karya, dan semangat kalian. Ayo kita bersama - sama menyuarakan bahwa keberadaan multi etnis bukanlah penghalang bagi kita untuk menjadi bangsa yang satu dan kuat. Selain itu, dengan menyelesaikan Challenge #BanggaDariTimur, artinya kamu sudah membuka donasi sebesar Rp10.000 untuk membantu memajukan SDM Papua dalam pendidikan.

BanggaDariTimur

Stop rasisme Indonesia Timur karena, keberadaan multietnis bukan penghalang kita untuk menjadi satu

Melalui aksimu, kamu telah berkontribusi untuk dunia yang lebih baik bersama

We Go East bersama Campaign.com mengajakmu untuk #BanggaDariTimur dengan menunjukkan diri dan semangat kamu dalam berkarya sebagai masyarakat Indonesia Timur. 

Dengan mengikuti Challenge Stop Rasisme untuk Indonesia Timur #BanggaDariTimur, kamu sudah menyuarakan bahwa keberadaan multietnis bukanlah penghalang bagi kita untuk menjadi Bangsa yang satu dan kuat. 

Challenge ini bisa kamu lakukan dengan mengunggah foto diri dan keunikan kamu, karya ataupun hobi kamu, juga kata - kata semangat untuk teman - teman Indonesia Timur. 

Setelah kamu menyelesaikan Challenge, aksi - aksi kamu akan dikonversi menjadi donasi sebesar Rp 10.000 yang akan disalurkan untuk membeli buku dan alat bantu belajar anak - anak usia sekolah di Sorong, Papua.

Stop Rasisme untuk Indonesia Timur #BanggaDariTimur

Stop Rasisme untuk Indonesia Timur BanggaDariTimur

Final year development economics student experienced in public relation, event management, leadership, and sponsorship. I’m who person is target oriented, good communication, and good team work. 

Usia 12-18 tahun merupakan usia krusial bagi perkembangan mental anak. Di Indonesia, satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah dengan kesehatan mental dan satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental. I Am Okay mengajak kamu untuk bisa turut andil dalam edukasi pentingnya kesehatan mental bagi remaja! Dengan mengikuti aksi challenge ini, kamu telah menjadi partisipan dalam edukasi pentingnya kesehatan mental dengan dimulai dari diri sendiri. Kamu yang ikut mengikuti challenge dan menyebarkan hasil challengenya sosial media dengan tag @iamokay.id telah membantu serta mendukung misi Indonesia Emas 2045. Dapatkan hadiah spesial dari kami!

Self-Awareness #ForChange : Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental

SelfAwareness ForChange Ubah Pandangan Kamu Tentang Kesehatan Mental

action photo type

Sedang Diperiksa

Interested in Disability & Social Inclusion issue 💪

Hasil karya tulisku 
Sumber: https://www.instagram.com/p/CdsUt1chkqu/?igsh=MzhqNGpkdG9pNHph

Banyak orang yang mengatakan kulitku pucat, tubuhku terlalu kurus, cara berjalanku aneh, dan aku kurang bisa bergaul dengan teman sebaya. Sayangnya, lontaran2 seperti itu banyak kudapatkan dari keluargaku sejak aku kecil, sehingga aku tumbuh sebagai sosok yang tertutup dan pemalu. Self negative talk menjadi keseharianku karena aku tidak pernah merasa cukup baik.

Namun saat ini aku sudah dewasa, maka aku bisa belajar untuk lebih menghargai diri sendiri. Selama ini aku kurang menghargai diriku sendiri dan termakan dengan omongan orang lain. Aku percaya, aku jauh lebih baik daripada apa yang orang lain katakan tentangku

Indonesia

Salah satu pemicu dan penyebab terjadinya konflik kebangsaan adalah rasisme. Papua dan Papua Barat menjadi sorotan berbagai topik pemberitaan penting seputar rasisme. 

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mencatat, sejak 2018 ada 33 kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap mahasiswa Papua di berbagai daerah di Indonesia. 9 dari 10 mahasiswa rantau dari Indonesia Timur mengaku pernah mengalami diskriminasi sosial dan tindakan rasisme. 

Rasisme dapat disebabkan karena kurangnya publikasi media yang menampilkan hal positif dari Indonesia Timur, seperti karya, prestasi, dan lainnya. Maka ayo teman - teman muda ikuti Challenge #BanggaDariTimur untuk menunjukkan diri kalian, karya, dan semangat kalian. Ayo kita bersama - sama menyuarakan bahwa keberadaan multi etnis bukanlah penghalang bagi kita untuk menjadi bangsa yang satu dan kuat. Selain itu, dengan menyelesaikan Challenge #BanggaDariTimur, artinya kamu sudah membuka donasi sebesar Rp10.000 untuk membantu memajukan SDM Papua dalam pendidikan.

Terpublikasi

Kesetaraan

Bagikan challenge kamu dan ajak supporter untuk berbagi kebaikan!

Donasi disetujui

Valid

Bagian dari Merdeka Belajar oleh Kemendikbudristek sebagai wadah mahasiswa untuk mengasah kemampuan dengan terjun langsung ke dunia kerja.

Kampus Merdeka

Yayasan Dunia Lebih Baik hadir sebagai menjadi wadah untuk komunitas/organisasi akar rumput untuk melakukan penggalangan dana berbasis online

#BanggaDariTimur

Stop rasisme Indonesia Timur karena, keberadaan multietnis bukan penghalang kita untuk menjadi satu

we-go-east_

Tentang Kampanye

Salah satu pemicu dan penyebab terjadinya konflik kebangsaan adalah rasisme. Papua dan Papua Barat menjadi sorotan berbagai topik pemberitaan penting seputar rasisme. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) mencatat, sejak 2018 ada 33 ...